Shio 3 Agustus 1999

Shio 3 Agustus 1999

BlackBerry akan menghentikan produksi ponsel pada 31 Agustus nanti. Sebab, kemitraan dengan perusahaan Tiongkok TCL Communicaiton selaku pemegang lisensi berakhir tahun ini.

Kabar tersebut disampaikan BlackBerry melalui akun Twitter resminya. "TCL tidak memiliki hak lebih lanjut untuk merancang, membuat, atau menjual perangkat seluler BlackBerry baru apapun," kata tim administrasi BlackBerry melalui akun @BBMobile, Senin (3/2) lalu.

Dalam pengumuman itu, BlackBerry mengatakan bahwa semua produknya akan terus didukung oleh layanan pelanggan dan garansi hingga Agustus 2022 mendatang. Namun, tidak ada penjelasan perihal pembaruan sistem operasi Android di ponsel-ponsel tersebut.

Katadata.co.id merangkum daftar ponsel buatan BlackBerry yang pernah diluncurkan mulai dari 1999 hingga 2018. Produk ponsel pintar (smartphone) yang terakhir dirilis BlackBerry yakni KEY2 LE, pada Agustus 2018 lalu.

(Baca: Kalah Bersaing, BlackBerry Messenger Resmi Setop Beroperasi 31 Mei)

Ponsel tersebut memiliki Liquid Crystal Display (LCD) layar sentuh dengan resolusi 1080 x 1620 piksel, rasio 3:2, serta papan ketik (keyboard) QWERTY yang cukup besar. KEY2 LE menggunakan chip Snapdragon 660 dan baterai 3.500mAh.

Pada Februari 2017, BlackBerry merilis KeyOne yang merupakan smartphone pertama hasil berkolaborasi dengan TCL. Resolusi LCD layar sentuh ponsel ini 1080 x 1620 piksel dan rasio 3:2. Ponsel ini menggunakan chip Snapdragon 625 dan baterai 3.500mAh.

Perusahaan asal Kanada itu meluncurkan Priv pada Oktober 2015 lalu. Priv merupakan ponsel dengan sistem operasi (OS) Android pertama BlackBerry. Keyboard QWERTY-nya tersembunyi dibalik layar geser (slide up). Perangkat ini dilengkapi kamera 18 megapiksel, layar Quad HD dan prosesor Qualcomm Snapdragon 808.

BlackBerry juga pernah bekerja sama dengan Foxconn meluncurkan Leap pada 2015. Tampilannya berupa layar sentuh penuh 5 inchi, dengan resolusi 1280 x 720 piksel. Kamera belakangnya delapan megapiksel dan yang bagian depan dua megapiksel. Sedangkan RAM-nya 2GB.

(Baca: Beberapa Ponsel Tak Bisa Gunakan WhatsApp Mulai 2020, Ini Daftarnya)

Akhir 2014, perusahaan merilis Classic yang tampilannya mirip Bold. Layarnya 3,5 inci dengan resolusi 720 x 720 piksel. Kapasitas kamera depan dan belakangnya sama dengan Leap.

Pada tahun yang sama, perusahaan lebih dulu menghadirkan Passport. Layarnya berbentuk persegi 4,5 inci dengan resolusi 1440 x 1440 piksel. Terdapat kamera belakang 13 megapiksel dan kamera depan dua megapiksel, serta memiliki baterai 3450mAh.

Tahun sebelumnya, perusahaan meluncurkan Z30 yang layarnya 5 inci dengan resolusi 720 x 1280 piksel. Ponsel ini memiliki baterai 2880mAh, prosesor dual-core 1.7GHz dan 2GB RAM dengan 16GB memori penyimpanan.

Selain itu, mereka meluncurkan Q5 yang memiliki kamera belakang lima megapiksel dan yang depan dua megapiksel. Layarnya 3,1 inci dengan resolusi 720 x 720 piksel, prosesor 1.2GHz dual-core, dan memori 2GB RAM.

Ada juga Z10 yang diluncurkan pada awal 2013, dengan layar 4,2 inci. Ponsel ini merupakan yang pertama pakai OS BB10. Kamera belakangnya delapan megapiksel dan di depan dua megapiksel. Sedangkan masa pakai baterai 10 jam waktu bicara.

Produk-produk BlackBerry mulai banyak dikenal di Tanah Air mulai 2007. Dua yang terkenal yakni Curve dan Bold. Curve diluncurkan pada 2007 dengan tipe 8300, yang memiliki kamera 2 megapiksel, trackball, dan resolusi layar 320 x 240. Harganya relative murah, namun memiliki beragam fitur.

Tahun berikutnya, BlackBerry meluncurkan Pearl Flip dan Bold. Ponsel Bold tipe 9000 memiliki format yang lebih luas dibanding Curve. Bold diminati pengguna karena menawarkan eksklusivitas. Ponsel itu dibalut kulit dengan kesan chic.

(Baca: BlackBerry Rilis Solusi Bisnis untuk Antisipasi Ransomware)

Pada akhir 2018, mereka merilis Storm tanpa keyboard QWERTY fisik. Ini pertama kalinya BlackBerry secara penuh mengaplikasikan layar sentuh di perangkatnya.

BlackBerry kemudian meluncurkan dua tipe Bold yaitu 9700 dan 9650 pada 2019. Setahun kemudian, perusahaan membuat Bold 9780 yang dilengkapi kamera fokus otomatis 5 megapiksel. Namun trackball diganti dengan trackpad optik.

Di tahun yang sama, BlackBerry merilis Curve 9300 dan Style. Lalu pada 2011, perusahaan meluncurkan Bold Touch yang dilengkapi fitur Near Field Communication (NFC). Ponsel ini buatan BlackBerry yang tertipis.

Perusahaan teknologi itu pertama kali membuat ponsel genggam pertamanya 850 pada 1999. Ponsel pager-dua arah ini hadir dalam beberapa tipe seperti 857, 900, 950, 957 dan 962.

Pada 2002, perusahaan itu meluncurkan 5810 dengan pemograman Java dan dapat menggunakan jaringan 2G. Lalu, BlackBerry merilis 7290, ponsel pertama yang menawarkan Bluetooth pada 2004.

(Baca: Blackberry Tuduh Facebook, Instagram, dan WhatsApp Langgar Hak Paten)

Setelah Presiden Soeharto dilengserkan dari kekuasaannya pada tanggal 21 Mei 1998 jabatan presiden digantikan oleh Wakil Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie. Atas desakan publik, Pemilu yang baru atau dipercepat segera dilaksanakan, sehingga hasil-hasil Pemilu 1997 segera diganti. Kemudian ternyata bahwa Pemilu dilaksanakan pada 7 Juni 1999, atau 13 bulan masa kekuasaan Habibie. Pada saat itu untuk sebagian alasan diadakannya Pemilu adalah untuk memperoleh pengakuan atau kepercayaan dari publik, termasuk dunia internasional, karena pemerintahan dan lembaga-lembaga lain yang merupakan produk Pemilu 1997 sudah dianggap tidak dipercaya. Hal ini kemudian dilanjutkan dengan penyelenggaraan Sidang Umum MPR untuk memilih presiden dan wakil presiden yang baru.

Ini berarti bahwa dengan pemilu dipercepat, yang terjadi bukan hanya bakal digantinya keanggotaan DPR dan MPR sebelum selesai masa kerjanya, tetapi Presiden Habibie sendiri memangkas masa jabatannya yang seharusnya berlangsung sampai tahun 2003, suatu kebijakan dari seorang presiden yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Sebelum menyelenggarakan Pemilu yang dipercepat itu, pemerintah mengajukan RUU tentang Partai Politik, RUU tentang Pemilu dan RUU tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan DPRD. Ketiga draft UU ini disiapkan oleh sebuah tim Depdagri, yang disebut Tim 7, yang diketuai oleh Prof. Dr. M. Ryaas Rasyid (Rektor IIP Depdagri, Jakarta).

Setelah RUU disetujui DPR dan disahkan menjadi UU, presiden membentuk Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang anggota-anggotanya adalah wakil dari partai politik dan wakil dari pemerintah. Satu hal yang secara sangat menonjol membedakan Pemilu 1999 dengan Pemilu-pemilu sebelumnya sejak 1971 adalah Pemilu 1999 ini diikuti oleh banyak sekali peserta. Ini dimungkinkan karena adanya kebebasan untuk mendirikan partai politik. Peserta Pemilu kali ini adalah 48 partai. Ini sudah jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah partai yang ada dan terdaftar di Departemen Kehakiman dan HAM, yakni 141 partai.

Dalam sejarah Indonesia tercatat, bahwa setelah pemerintahan Perdana Menteri Burhanuddin Harahap, pemerintahan Reformasi inilah yang mampu menyelenggarakan pemilu lebih cepat setelah proses alih kekuasaan. Burhanuddin Harahap berhasil menyelenggarakan pemilu hanya sebulan setelah menjadi Perdana Menteri menggantikan Ali Sastroamidjojo, meski persiapan-persiapannya sudah dijalankan juga oleh pemerintahan sebelum-nya. Habibie menyelenggarakan pemilu setelah 13 bulan sejak ia naik ke kekuasaan, meski persoalan yang dihadapi Indonesia bukan hanya krisis politik, tetapi yang lebih parah adalah krisis ekonomi, sosial dan penegakan hukum serta tekanan internasional.

Meskipun masa persiapannya tergolong singkat, pelaksanaan pemungutan suara pada Pemilu 1999 ini bisa dilakukan sesuai jadwal, yakni tanggal 7 Juni 1999. Tidak seperti yang diprediksikan dan dikhawatirkan banyak pihak sebelumnya, ternyata Pemilu 1999 bisa terlaksana dengan damai, tanpa ada kekacauan yang berarti. Hanya di beberapa Daerah Tingkat II di Sumatera Utara yang pelaksanaan pemungutan suaranya terpaksa diundur suara satu pekan. Itu pun karena adanya keterlambatan atas datangnya perlengkapan pemungutan suara.

Tetapi tidak seperti pada pemungutan suara yang berjalan lancar, tahap penghitungan suara dan pembagian kursi pada Pemilu kali ini sempat menghadapi hambatan. Pada tahap penghitungan suara, 27 partai politik menolak menandatangani berita acara perhitungan suara dengan dalih Pemilu belum jurdil (jujur dan adil). Sikap penolakan tersebut ditunjukkan dalam sebuah rapat pleno KPU. Ke-27 partai tersebut adalah sebagai berikut:

Partai yang Tidak Menandatangani Hasil Pemilu 1999.

Karena ada penolakan, dokumen rapat KPU kemudian diserahkan pimpinan KPU kepada presiden. Oleh presiden hasil rapat dari KPU tersebut kemudian diserahkan kepada Panwaslu (Panitia Pengawas Pemilu). Panwaslu diberi tugas untuk meneliti keberatan-keberatan yang diajukan wakil-wakil partai di KPU yang berkeberatan tadi. Hasilnya, Panwaslu memberikan rekomendasi bahwa pemilu sudah sah. Lagipula mayoritas partai tidak menyertakan data tertulis menyangkut keberatan-keberatannya. Presiden kemudian juga menyatakan bahwa hasil pemilu sah. Hasil final pemilu baru diketahui masyararakat tanggal 26 Juli 1999.

Setelah disahkan oleh presiden, PPI (Panitia Pemilihan Indonesia) langsung melakukan pembagian kursi. Pada tahap ini juga muncul masalah. Rapat pembagian kursi di PPI berjalan alot. Hasil pembagian kursi yang ditetapkan Kelompok Kerja PPI, khususnya pembagian kursi sisa, ditolak oleh kelompok partai Islam yang melakukan stembus accoord. Hasil Kelompok Kerja PPI menunjukkan, partai Islam yang melakukan stembus accoord hanya mendapatkan 40 kursi. Sementara Kelompok stembus accoord 8 partai Islam menyatakan bahwa mereka berhak atas 53 dari 120 kursi sisa.

Perbedaan pendapat di PPI tersebut akhirnya diserahkan kepada KPU. Di KPU perbedaan pendapat itu akhirnya diselesaikan melalui voting dengan dua opsi. Opsi pertama, pembagian kursi sisa dihitung dengan memperhatikan suara stembus accoord, sedangkan opsi kedua pembagian tanpa stembus accoord. Hanya 12 suara yang mendukung opsi pertama, sedangkan yang mendukung opsi kedua 43 suara. Lebih dari 8 partai walk out. Ini berarti bahwa pembagian kursi dilakukan tanpa memperhitungkan lagi stembus accoord.

Berbekal keputusan KPU tersebut, PPI akhirnya dapat melakukan pembagian kursi hasil pemilu pada tanggal 1 September 1999. Hasil pembagian kursi itu menunjukkan, lima partai besar memborong 417 kursi DPR atau 90,26 persen dari 462 kursi yang diperebutkan.

Sebagai pemenangnya adalah PDI-P yang meraih 35.689.073 suara atau 33,74 persen dengan perolehan 153 kursi. Golkar memperoleh 23.741.758 suara atau 22,44 persen sehingga mendapatkan 120 kursi atau kehilangan 205 kursi dibanding Pemilu 1997. PKB dengan 13.336.982 suara atau 12,61 persen, mendapatkan 51 kursi. PPP dengan 11.329.905 suara atau 10,71 persen, mendapatkan 58 kursi atau kehilangan 31 kursi dibanding Pemilu 1997. PAN meraih 7.528.956 suara atau 7,12 persen, mendapatkan 34 kursi. Di luar lima besar, partai lama yang masih ikut, yakni PDI merosot tajam dan hanya meraih 2 kursi dari pembagian kursi sisa, atau kehilangan 9 kursi dibanding Pemilu 1997. Selengkapnya hasil perhitungan pembagian kursi itu seperti terlihat dalam tabel di bawah.

Jumlah suara partai yang tidak menghasilkan kursi mencapai 9.700.658. atau 9,17 persen dari suara yang sah.

Apabila pembagian kursi dilakukan dengan sistem kombinasi jumlah partai yang mendapatkan kursi mencapai 37 partai dengan jumlah suara partai yang tidak menghasilkan kursi hanya 706.447 atau 0,67 persen dari suara sah.

Cara pembagian kursi hasil pemilihan kali ini tetap memakai sistem proporsional dengan mengikuti varian Roget. Dalam sistem ini sebuah partai memperoleh kursi seimbang dengan suara yang diperolehnya di daerah pemilihan, termasuk perolehan kursi berdasarkan the largest remainder.

Tetapi cara penetapan calon terpilih berbeda dengan Pemilu sebelumnya, yakni dengan menentukan ranking perolehan suara suatu partai di daerah pemilihan. Apabila sejak Pemilu 1977 calon nomor urut pertama dalam daftar calon partai otomatis terpilih apabila partai itu mendapatkan kursi, maka kini calon terpillih ditetapkan berdasarkan suara terbesar atau terbanyak dari daerah di mana seseorang dicalonkan. Dengan demikian seseorang calon, sebut saja si A, meski berada di urutan terbawah dari daftar calon, kalau dari daerahnya partai mendapatkan suara terbesar, maka dialah yang terpilih. Untuk cara penetapan calon terpilih berdasarkan perolehan suara di Daerah Tingkat II ini sama dengan cara yang dipergunakan pada Pemilu 1971.

Bagaimanapun penyelenggaraan Pemilu-pemilu tersebut merupakan pengalaman yang berharga. Sekarang, apakah pengalaman itu akan bermanfaat atau tidak semuanya sangat tergantung pada penggunaannya untuk masa-masa yang akan datang. Pemilu yang paling dekat adalah Pemilu 2004. Pengalaman tadi akan bisa dikatakan berharga apabila Pemilu 2004 nanti memang lebih baik daripada Pemilu 1999. Pemilu 1999 untuk banyak hal telah mendapat pujian dari berbagai pihak. Dengan pengalaman tersebut, sudah seharusnyalah kalau Pemilu 2004 mendatang lebih baik lagi.

(sumber : http://www.kpu.go.id/index.php/pages/index/MzQz)

shio togel 2024 dan artinya Togel Sidney: Togel SDY Prize, Nomor Keluaran SDY Pools Jurnal Pendidikan - Universitas Institut Agama Islam Negeri CURUP INDONESIA TABEL SHIO 2024 DAN ARTINYA Tabel Shio Togel 2024 Dan Arti Mimpi.

shio togel 2024 dan artinya Togel Sidney: Togel SDY Prize, Nomor Keluaran SDY Pools Jurnal Pendidikan - Universitas Institut Agama Islam Negeri CURUP INDONESIA TABEL SHIO 2024 DAN ARTINYA Tabel Shio Togel 2024 Dan Arti Mimpi.

shio togel 2024 dan artinya Togel Sidney: Togel SDY Prize, Nomor Keluaran SDY Pools Jurnal Pendidikan - Universitas Institut Agama Islam Negeri CURUP INDONESIA TABEL SHIO 2024 DAN ARTINYA Tabel Shio Togel 2024 Dan Arti Mimpi.

Tarzan est le 59e long-métrage d'animation et le 37e « Classique d'animation » des studios Disney. Sorti en 1999 et réalisé par Kevin Lima et Chris Buck, il est inspiré du personnage créé par Edgar Rice Burroughs en 1912.

Une suite sortie directement en vidéo, Tarzan 2, a été donnée au film en 2005, ainsi qu'une série télévisée, La Légende de Tarzan (2001-2003), dont La Légende de Tarzan et Jane (2002) constitue une compilation.

Ses parents dévorés par un léopard (Sabor) après avoir bâti un campement dans la jungle alors qu'il n'était encore qu'un nourrisson, Tarzan est recueilli par Kala, une femelle gorille qui a perdu son bébé, lui aussi dévoré par le léopard. Tarzan grandit alors dans la jungle en compagnie de Tok, la gorille et de Tantor, l'éléphant mais souffre de la différence qui l'écarte du reste du troupeau.

Un beau jour, après une bataille contre Sabor s'ensuivant par la mort du fauve, il découvre dans la jungle un groupe d’explorateurs dans lequel se trouvent Jane Porter et son père à la recherche de gorilles. Tarzan refuse de les emmener voir sa famille car un certain Clayton, le protecteur de Jane et son père, est armé. Mais lorsque Tarzan apprend que Jane quitte la jungle pour retourner en Angleterre, il accepte de les conduire jusqu'à sa famille.

Malheureusement, Tarzan est considéré comme un traître par le chef du troupeau, Kerchak, qui malgré son lien matrimonial avec Kala n'a jamais aimé Tarzan et ne l'a jamais considéré comme son fils. Tarzan gagnera peu à peu sa confiance en repoussant Clayton venu pour capturer et vendre les gorilles du troupeau. Il conquerra aussi le cœur de Jane jusqu’à ce qu'elle décide de rester auprès de lui dans la jungle.

Version française des chansons coréalisée par Phil Collins et Éric Serra

Sources : IMDb et générique DVD.

Tarzan de Walt Disney Pictures fut la première adaptation animée majeure de l'œuvre d'Edgar Rice Burroughs.

La production de Tarzan commence en 1995. Kevin Lima qui venait de terminer Dingo et Max est nommé réalisateur avec Chris Buck qui signe sa première réalisation.

Les animateurs ont été réparties en deux équipes, l'une au studio Walt Disney Animation France de Montreuil et l'autre à Burbank. Glen Keane dirige l'animation de Tarzan à Paris, tandis que Ken Duncan dirige l'animation de Jane à Burbank.

Glen Keane s'inspire des mouvements de skateboard, de snowboard et du surf pour peaufiner l'animation de Tarzan.

Pour créer les décors en trois dimensions, l'équipe de production de Tarzan a développé une technique de peinture et de rendu 3D nommée Deep Canvas. Elle permet aux artistes de réaliser des décors en images de synthèse ressemblant aux décors traditionnels, selon le directeur artistique Daniel St. Pierre.

En 1995, Phil Collins a été engagé dans le projet pour signer les chansons du film.

La bande originale du film est composée par Mark Mancina, le producteur et arrangeur de la musique du film Le Roi Lion.

Le budget de Tarzan est estimé à 130 millions de dollars.

La première de Tarzan a lieu le 12 juin 1999 au El Capitan Theatre en présence de l'équipe du film suivie d'un concert de Phil Collins interprétant les chansons du film avant une sortie nationale le 18 juin 1999. Le 23 juillet 1999, le film est projeté en numérique dans seulement trois salles dont Pleasure Island de Walt Disney World. C'est la première fois qu'un film est projeté en numérique.

Le film reçoit un bon accueil de la part de la critique qui apprécie l'animation et la musique.

En France, le film est le deuxième plus gros succès en salles de l'année 1999 derrière Astérix et Obélix contre César et devant Star Wars, épisode I : La Menace Fantôme.